Olahragalah agar tubuh sehat! Begitulah nasehat klasik yang sering kita dengar. Olahraga pasti akan membuat tubuh menjadi sehat. Benarkah begitu? Ternyata tidak semua olahraga membuat tubuh menjadi sehat. Efek yang ditimbulkan malah hal sebaliknya, bisa sakit atau efek negatif lainya terhadap tubuh.
Olahraga yang intensitasnya terlalu berat
Berbeda dengan olahraga yang intensitasnya sedang, terukur dan teratur, pada olahraga intensitas berat malah berakibat buruk terhadap sistem tubuh. Salah satunya adalah efek pada sistem imun. Orang yang berolahraga berat malah mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Apakah pernah setelah berolahraga kemudian terserang pilek, flu, batuk dan lainnya? Itu bisa jadi karena olahraga yang dilakukan terlalu berat.
Olahraga yang membebani sendi pada orangtua atau gemuk
Olahraga yang membuat sendi tertekan sangat tidak disarankan pada orangtua atau orang yang mengalami kegemukan. Bukannya sehat, sendi malah bisa rusak dan meradang karena terjadi gaya penekanan berlebihan. Sendi yang paling "menderita" adalah sendi lutut. Gerakan melompat dan berjungkit pada lari dan basket akan memberi tekanan besar pada lutut berkali lipat. Bisa dibayangkan bila kondisi lutut telah lemah (pada orangtua) atau beban terlalu besar (pada obesitas). Jadi, jangan pernah menyarankan orang lanjut usia atau berbadan gemuk berolahraga lari. Hal ini menimbulkan atau mempercepat kerusakan sendi. Apalagi pada orangtua yang bertubuh gemuk...
Olahraga beban pada anak sebelum pubertas selesai
Tulang panjang seperti paha dan tungkai pada usia sebelum pubertas mempunyai bagian yang disebut cakram epifisis. Daerah ini merupakan pusat bertambah panjangnya tulang yang belum sepenuhnya mengeras (kalsifikasi). Bagian ini bisa rusak jika menerima beban yang terlalu berat dan berulang. Oleh karena itu olahraga beban yang berlebihan seperti angkat besi pada anak-anak sebelum pubertas sangat tidak dianjurkan. Beban maksimal yang masih ditoleransi adalah yang beratnya sama dengan berat badan. Hal yang ditakutkan bila cakram epifisis rusak adalah pertambahan panjang tulang terganggu. Akibatnya pencapaian tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal sehingga tubuhnya lebih pendek dari yang seharusnya dapat dicapai.
Olahraga yang intensitasnya terlalu berat
Berbeda dengan olahraga yang intensitasnya sedang, terukur dan teratur, pada olahraga intensitas berat malah berakibat buruk terhadap sistem tubuh. Salah satunya adalah efek pada sistem imun. Orang yang berolahraga berat malah mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Apakah pernah setelah berolahraga kemudian terserang pilek, flu, batuk dan lainnya? Itu bisa jadi karena olahraga yang dilakukan terlalu berat.
Olahraga yang membebani sendi pada orangtua atau gemuk
Olahraga yang membuat sendi tertekan sangat tidak disarankan pada orangtua atau orang yang mengalami kegemukan. Bukannya sehat, sendi malah bisa rusak dan meradang karena terjadi gaya penekanan berlebihan. Sendi yang paling "menderita" adalah sendi lutut. Gerakan melompat dan berjungkit pada lari dan basket akan memberi tekanan besar pada lutut berkali lipat. Bisa dibayangkan bila kondisi lutut telah lemah (pada orangtua) atau beban terlalu besar (pada obesitas). Jadi, jangan pernah menyarankan orang lanjut usia atau berbadan gemuk berolahraga lari. Hal ini menimbulkan atau mempercepat kerusakan sendi. Apalagi pada orangtua yang bertubuh gemuk...
Olahraga beban pada anak sebelum pubertas selesai
Tulang panjang seperti paha dan tungkai pada usia sebelum pubertas mempunyai bagian yang disebut cakram epifisis. Daerah ini merupakan pusat bertambah panjangnya tulang yang belum sepenuhnya mengeras (kalsifikasi). Bagian ini bisa rusak jika menerima beban yang terlalu berat dan berulang. Oleh karena itu olahraga beban yang berlebihan seperti angkat besi pada anak-anak sebelum pubertas sangat tidak dianjurkan. Beban maksimal yang masih ditoleransi adalah yang beratnya sama dengan berat badan. Hal yang ditakutkan bila cakram epifisis rusak adalah pertambahan panjang tulang terganggu. Akibatnya pencapaian tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal sehingga tubuhnya lebih pendek dari yang seharusnya dapat dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar