Laman

Jumat, April 29, 2011

Sudut Pandang


Memang kita harus berprasangka baik. Karena kekhawatiran berlebih membuat hidup jadi tidak tenang. Tapi percaya berlebih juga membuat mudah terperosok dan dimanfaatkan orang lain. Fiuhh... urusan hati manusia itu melelahkan. Kadang tak terbaca dari laku-pun dan baru terbuka saat-saat terakhir. Nevermind, setidaknya kita berkuasa mengelola rasa hati diri sendiri... So, tetap semangat and keep it easy for your mind, Bro :D

Semua orang di dunia ini baik kecuali yang tidak,
atau semua orang di dunia ini tidak baik, kecuali yang tidak....

(sebuah komunikasi dengan diri sendiri saat semuanya terasa menyesakkan dan memusingkan)

Senin, April 18, 2011

Jenuh dengan Facebook, Akhirnya...

Segala sesuatu memang seperti pisau bermata dua. Pisau bisa untuk memotong durian, tapi isinya dilempar kekepala orang. Atau untuk mengiris bayam, tapi selanjutnya membuat sup ayam. (hehe apa yang salah ya :). Maksudnya saya mau memberi perumpamaan respon kita terhadap demam penyedia layanan "social network" seperti facebook dan twitter. Apakah memang kita mendapat manfaat atasnya? Atau hanya membuang-buang waktu saja?

Terus terang facebook memang seru awalnya. Update status, upload foto, kirim komentar, nanyain kabar dsb. Tapi sekarang saya mulai jenuh update status atau sekedar melongok status temen. Kebanyakan monoton, hanya berisi hal-hal gak penting. Bosen...:(

Dan saya merasa bukan sedang membuat sup ayam, tapi sedang melempar kepala sendiri dengan isi durian... (lho??)


Jumat, April 15, 2011

Mengertiku mengertikanmu


Kepak sayap itu bukanlah barisan pedang,
tapi hembusan anginnya mampu melukai hati
Riak itu bukanlah di sungai raksa,
tapi butiran uapnya mampu meleburkan rasa

Lama waktu membeku, tanpa usaha memecah sembilu
Semakin dingin dan gelap, bagai bunga es di dalam frezer saat mati lampu...

Ah...
Salahkah bila aku mengharap dinda, memandangku tanpa prasangka?
Hati ini bukanlah batu, yang harus dilebur dulu sebelum bertunas
Rasa ini bukanlah hembusan, yang tak teraba dan mudah terlupa...

Salahkah aku bila mengharap dinda, menyediakan ruang untuk bicara?
Batu dan pasir adalah sama, tapi mengisi relung yang berbeda
Hembusan dan topan adalah sama, tapi mengusap raga, dengan cara yang berbeda

Cobalah mengertikanku, yang mencoba mengertikanmu...

Kamis, April 14, 2011

Mencoba memahami film Hanung secara subjektif, sepihak dan dangkal...:D


Film, apapun isinya, merupakan wahana indah dan populer dalam menebarkan sesuatu yang baik (atau buruk). Sesuatu itu bisa konsep dalam tahap pemikiran atau dalam ranah tindakan. Hanung Bramantyo adalah seorang sutradara yang gemar akan film religi seperti "Ayat-ayat cinta", "Perempuan Berkalung Sorban", "Sang Pencerah dan yang terbaru adalah "?". Hanung pasti tahu dan belajar, agama merupakan topik sensitif. Masing-masing orang mungkin punya kadar pemahaman yang berbeda dalam bidang agama karena punya otak masing-masing. Pemahaman siapakah yang kita anut? Hanung akan sangat berpahala bila dia menebarkan konsep pemahaman Islam yang benar. Tapi bila salah, tentu saja akan sangat berdosa. Saya yakin Hanung telah berkonsultasi dengan ulama-ulama mengenai hal ini untuk berusaha mempunyai pemahaman yang benar. Tetapi mengapa ulama itu bukan yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia, yang beranggotakan ulama yang telah mempelajari al-Quran dan Hadist bertahun-tahun. Atau dia membiarkan kemungkinan kontroversi ini terjadi hanya karena "Biar film saya jadi laris" Aduh maafkan prasangka buruk saya ini karena saya mencermati selalu ada kontroversi dengan MUI dalam film Hanung sebelumnya. Kali ini, lagi-lagi Hanung memilih teguh pendirian terhadap pemahamannya dan memilih tidak mengantisipasi kemungkinan kontroversi ini. Mengapa? Meneketehe. Saya bukan Hanung :D