Sirkumsisi berasal dari kata circumcision (latin; circum:memutar, caedere:memotong) yang dalam bahasa awam dikenal sebagai sunat atau khitan. Pada sirkumsisi dilakukan pemotongan pada sebagian "kulup" (preputium) secara melingkar.
Smegma
Kulit penis akan mengalami pengelupasan keratin (ganti kulit) sebagaimana kulit di bagian tubuh yang lain. Hasil pengelupasan keratin bagian kepala dan leher penis akan berkumpul dan bersama transudasi/sekresi kelenjar sebasea (lemak) membentuk suatu "smegma". Smegma ini penampakannya mirip seperti keju dan berwarna putih. Smegma bila menumpuk dan tidak dibersihkan akan menjadi media pertumbuhan kuman (menyebabkan bau pada penis). Penumpukan smegma dan efeknya terhadap "poor hygenisitas" dalam jangka panjang meningkatkan risiko munculnya keganasan penis.
Efek Sirkumsisi terhadap Hygenisitas
Bila tidak disirkumsisi, bagian corona dan glans penis pada saat flacid akan tertutup oleh kulup. Karena letak yang tersembunyi dan terlindungi ini, maka lebih sulit membersihkan smegma yang menumpuk. Lain halnya dengan penis yang telah disirkumsisi, bagian corona dan glans penis tidak tertutup kulup sehingga kotoran lebih mudah dibersihkan. Misalnya saat mandi, bagian tersebut otomatis terkena aliran air dan mudah terjangkau oleh sabun.
Efek Sirkumsisi terhadap Sensitivitas Penis
Bagian korona dan glans penis merupakan bagian yang banyak terdapat akhiran saraf sensoris yang sensitif terhadap sentuhan dan gesekan. Stimulasi ini sebagai salah satu bentuk rangsang seksual yang terjadi secara normal pada saat berhubungan seksual. Sensitivitas yang berlebihan pada bagian ini seringkali dihubungkan dengan ejakulasi dini, yaitu pengeluaran semen terlalu cepat karena rangsang yang cepat mencapai ambang ejakulasi. Sensitivitas akan berkurang pada penis yang disirkumsisi karena terjadi gesekan berulang terutama pada saat flaccid. Pada penis yang belum disirkumsisi sensitivitas ini akan terjaga karena saat flacid terlundung oleh kulup sehingga gesekan hanya terjadi pada saat kondisi ereksi
Efek Sirkumsisi terhadap Ketebalan Kulit Penis
Kulit corona dan glans penis setelah disirkumsisi akan lebih tebal dari sebelumya. Proses ini seperti proses penebalan kulit telapak tangan jika sering bergesekan (semacam kapalan?). Penebalan tersebut selain menurunkan sensitivitas juga memberikan barier perlindungan yang lebih baik terhadap risiko iritasi, lecet atau diserang kuman. Hal ini menjadi dasar pendapat para ahli bahwa sirkumsisi dapat menurunkan risiko terkena penyakit menular seksual (PMS).
Sirkumsisi sebagai terapi Phimosis
Phimosis atau fimosis adalah suatu kondisi kulup (preputium) tidak bisa ditarik kebelakang. Phimosis pada anak dapat menyebabkan aliran urin tidak lancar (misal menggembung saat anak pipis) atau sisa urin tidak bisa dibersihkan dengan baik. Hal ini berhubungan dengan kondisi infeksi saluran kencing yang berulang pada anak-anak yang salah satunya adalah sering mengalami demam dengan penyebab yang tidak jelas. Untuk mengatasi masalah tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan sirkumsisi.
Nah itulah beberapa efek positif dari sirkumsisi yang bisa dilogika. Sebenarnya ahli dan orang barat yang menentang sirkumsisi dengan alasan akan mengurangi kenikmatan seksual, melanggar hak asasi dan mekanisme "sliding" yang alami saat berhubungan seksual. Namun, sepertinya yang tidak terbantahkan adalah efek yang pertama yaitu mempermudah membersihkan penis dari smegma. Dan bukankah kebersihan itu sebagian dari kesehatan :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar