Laman

Kamis, April 26, 2012

Manajemen Stress: Mengendalikan Stress Menjadi SELALU Positif

Banyak yang bilang kita tidak boleh stress karena akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Sebagian lagi bilang bahwa stress adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan yang penting bisa mengelolanya. Sebagian yang lain lagi bilang kalau tanpa stress malah akan membuat segalanya monoton dan hasil tidak optimal. Lalu, pendapat manakah yang benar? Semuanya benar atau semuanya salah?



Situasi Seseorang dengan Minim Stress
Ya sekedar berimajinasi seandainya suatu fragmen kehidupan itu tidak ada tekanan atau minim stressor. Begitu santainya. Misalnya ada tugas membuat skripsi tapi tidak ada deadline, tidak ada revisi dan tidak ada marah-marah dari pembimbing. Apa yang terjadi? Mungkin malah skripsi yang dihasilkan seadanya sesuai kemampuan seadanya saat itu. Tidak ada proses belajar. Tidak ada proses optimasi pikiran. Bukankah hasilnya tidak optimal? Apalagi saking santainya jadi ndak selesai-selesai. Lho tapi kan yang penting tubuh sehat dan sejahtera? Benar, tubuh sehat-sehat saja tetapi produktivitas tubuh saat sehat-pun rendah. Gimana coba? Gemuk donk hehe...



Situasi Seseorang dengan Stress
Tingkat Tinggi
Tiba-tiba ada ultimatum dari fakultas atai pembimbing. Kalau mau lulus tepat waktu, 3 bulan harus selesai membuat skripsi. Punya dosen yang kritis dengan reputasi revisi kejam. Wadoh yang bener saja? Lalu apa yang terjadi. Segala daya dan upaya dilakukan. Lembur tiap malam. Begadang tiap sore. Kurang tidur. Badan sakit semua. Ndak pernah istirahat. Dan akhirnya ambruk dah, opname. Lho hasilnya ndak bagus juga kan? Udah badan sakit gak selesai. Misalkan selesai tepat waktu pun banyak kerugian diderita tubuh..



Berarti kesimpulannya apaaaa?? >.<
Kesimpulannya adalah, RESPON pikiran dan tubuh terhadap stresslah yang penting. Ndak masalah sekecil apapun atau sebesar apapun stress, kalau pikiran dan tubuh mampu mengelolanya dengan baik ya hasilnya akan optimal. Mengapa? Karena seringkali tidak bisa memilih berada dalam situasi tingkat stress yang mana, rendah, cukup atau terlalu tinggi. Misalnya terpaksa dalam situasi kasus pertama yang minim stress, respon juga harus ditingkatkan agar sensitif, agar tetap hasilnya baik dan efisien (meningkatkan sensitivitas). Misalnya dengan mengelola deadline sendiri, menjadwalkan konsultasi dan sebagainya. Akhirnya selain badan sehat, skripsi bermutu dan lulus tepat waktu. Lalu yang kedua sama aja. RESPON terhadap stress yang harus dikelola. Walaupun stressor sebegitu ketat, dosen dan deadline yang mengancam, tetaplah dalam kendali pikiran (menurunkan sensitivitas). Tetaplah buat waktu untuk tidur, buat jadwal untuk refresing dan buat jadwal olahraga. Dan kalau udah optimal tapi gak selesai sesuai deadline? Bertawakal aja, kan udah berusaha.

Hehe... semacam serius tapi santai, berusaha tapi berserah diri dan bersegera tapi tidak tergesa-gesa, apapun hasilnya tetap efek positiflah yang didapat :D

Haha.. Idealis bgt ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar