Laman

Selasa, Januari 11, 2011

Mekanisme Ereksi (Part 1)



Anatomi Penis

Penis terdiri dari bagian 3 bagian yaitu basis, batang penis dan kepala penis (glans penis). Basis (base) penis melekat pada tulang pelvis sementara batang penis dominan menggantung. Panjang penis yang dapat teramati sebenarnya adalah panjang penis yang menggantung dari pangkal ke ujung glans penis. Penis di tutupi oleh kulit dengan banyak reseptor saraf sehingga sensitif terhadap stimulasi rabaan, tekanan, temperatur dan nyeri. Bagian kulit yang menutupi glans penis disebut prepuce (preputium), yang akan diambil (dipotong) pada saat sirkumsisi (khitan/sunat) klik disini


Penis memiliki jaringan erektil yaitu 2 corpus cavernosum dan 1 corpus spongiosum. Jaringan erektil berupa jaringan berongga (sinusoid-sinusoid) yang tersusun dari sel-sel otot polos. Kontraksi dan relaksasi sel-sel otot polos ini bersifat involunter atau tidak disadari. Sinusoid dibatasi oleh tunica albuginea yaitu jaringan ikat yang kuat. Tunica albuginea pada corpus cavernosum lebih tebal daripada di corpus cavernosum. Tunica albuginea ini merupakan pembatas sebesar apa jaringan erektil penis bisa terisi darah dan membesar saat ereksi. Pada glans penis tidak terdapat tunica albuginea.

Adanya tunica albuginea dan ketebalan yang berbeda mempengaruhi tingkat kekerasan bagian penis. Pada kondisi ereksi penuh bagian penis yang paling keras adalah corpus cavernosum (di kanan-kiri) kemudian corpus spongiosum (di depan atau di bagian uretra) dan yang terakhir bagian glans penis. Mekanisme ereksi melibatkan peran berbagai macam jaringan.




Faktor dalam Mekanisme Ereksi


A. Peran Vaskuler (Pembuluh Darah)
Ereksi sebenarnya sangat terkait dengan darah dan pembuluh darah. Ereksi disebabkan darah yang mengisi rongga penis sampai maksimal (dibatasi ukuran rongga, pembatas tunica albuginea). Proses pengisian ini membutuhkan pembuluh darah yang berfungsi baik. Tingkat ereksi tergantung pada keseimbangan aliran darah arteri menuju dan keluar dari rongga penis. Ketika aliran darah arteri rendah atau sedikit maka penis dalam kondisi tidak ereksi (flaccid). Bila aliran darah arteri menuju rongga penis meningkat dan aliran darah vena keluar terhambat, maka darah akan mengisi rongga penis, terjebak disana dan terjadilah ereksi. Banyak sedikitnya aliran darah dipengaruhi vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah. Kedua hal tersebut terjadi karena kemampuan kontraksi dan relaksasi otot polos dinding pembuluh darah.

B. Peran Otot Polos
Otot polos terdapat pada dinding pembuluh darah dan jaringan erektil. Apabila otot polos berkontraksi, maka pembuluh darah menyempit (vasokontriksi) yang menyebabkan aliran darah berkurang. Sebaliknya bila relaksasi lumen pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) sehingga aliran darah akan bertambah banyak. Begitu pula dengan otot polos rongga jaringan erektil. Bila kontraksi maka akan susah mengembang terisi darah sehingga penis tidak ereksi (flaccid). Bila relaksasi, tahanan jaringan erektil berkurang sehingga mudah terisi darah dan mengembang (ereksi). Otot polos ini bersifat tidak disadari, di bawah pengaruh saraf otonom.

C. Peran Saraf
Ereksi adalah proses yang otonom atau tidak bisa dikontrol karena melibatkan otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Pada saat kondisi flaccid, saraf otonom yang dominan adalah saraf simpatis. Saraf simpatis mempunyai efek merangsang kontraksi otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Akibatnya, karena terjadi vasokonstriksi arteri dan kontraksi otot polos jaringan erektil (corpus cavernosum dan spongiosa) maka aliran menuju rongga penis akan rendah. Sebaliknya pada saat kondisi ereksi, stimulasi parasimpatis dominan. Parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteri dan relaksasi otot polos jaringan erektil sehingga aliran darah ke penis meningkat.

Kualitas atau Tingkat Kekerasan Ereksi
Faktor-faktor di atas yaitu saraf, otot polos dan pembuluh darah harus dalam keadaan sehat dan optimal agar mekanisme ereksi berlangsung dengan baik dan mencapai tingkat kekerasan yang memadai. Tingkat kekerasan ereksi dapat dinilai dengan Erection Hardness Score (EHS). Untuk penjelasan secara lebih rinci bisa klik disini. Penurunan kualitas ereksi dapat terjadi karena:
  • Penyakit diabetes (kencing manis), atherosclerosis, cedera saraf panggul dan sebaginya
  • Kondisi tubuh secara umum misalnya demam, nyeri dan kelelahan dapat pula menurunkan kualitas ereksi.
  • Substansi tertentu seperti zat dalam asap rokok, alkohol dalam jangka panjang mempengaruhi kualitas ereksi
  • Gangguan hormon misalnya kadar testosteron yang rendah
  • Obat-obatan tertentu


Pertanyaan:
a. Apakah yang mempengaruhi besar dan kekerasan penis orang dewasa ketika ereksi?
b. Penyakit-penyakit apa saja yang mempengaruhi kualitas ereksi?
c. Mengapa orang stress emosional kemungkinan besar mengalami gangguan ereksi?
d. Apakah melatih otot ischiocavernosus dan pubococcygeus akan meningkatkan kualitas ereksi?


3 komentar:

  1. sob, apakah tidak ada semacam simulasi / animasi mengenai mekanisme ereksi ?

    BalasHapus
  2. Ok itu videonya animasinya. Thx udah berkunjung

    BalasHapus
  3. terima aksih banayk atas infonya.. sangat bermanfaat buat kita semua...

    BalasHapus