Penyakit Leptospirosis ini gejala awalnya (1-3 hari pertama) mirip penyakit lain seperti Dengue fever atau bahkan hanya sepert flu biasa. Kalau parah dan terlambat ditangani bisa macam-macam komplikasinya. Leptospirosis dibagi menjadi satdium awal (minggu 1) dan stadium lanjut (biasanya minggu ke 2-4). Kalau perjalanan penyakit sampai parah, bisa didapatkan trias penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan gangguan hati) dan perdarahan (di kulit dan selaput lendir). Selain itu dapat juga terjadi radang selaput otak (meningitis) dan perdarahan di paru-paru. Kebanyakan penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap. Mortalitas penyakit ini cukup tinggi yaitu 5%. Jadi setiap 100 penderita, 5 diantaranya meninggal (tapi aku taktau ini data dari indo or LN). Kalau dari Leaflet Dinkes Kabupaten Bantul, disebutkan kalau di Indonesia kematian akibat penyakit ini mencapai 16,45%, bahkan untuk penderita usia diatas 50 tahun kematian mencapai 50% (berarti separuh penderita meninggal). Ya istilahnya penyakit ini adalah penyakit yang perlu diperhitungkan.
Apakah itu Leptospirosis?
Adalah penyakit zoonosis (maksudnya penyakit hewan, yang bisa menjangkiti manusia, zoo). Disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat bertahan hidup di air tawar sekitar 1 bulan. Kalau dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan, bakteri ini akan cepat mati.
Bagaimana penularanya?
Kalo bicara penularan, harus tau dulu karakter bakteri hiperaktif ini (bentuknya spiral dan dapat bergerak-gerak). Sebut saja bakteri Leptospirosis sebagai SI Lepto. Si Lepto ini ditemukan di urin hewan atau manusia penderita. Hewan atau manusia setelah terinfeksi menjadi sakit atau tetep sehat, walau dalam tubuhnya berkembang bakteri ini (disebut juga carrier/ pembawa penyakit). Hewan yang paling sering menderita adalah tikus walaupun bisa juga mengenai kuda, sapi bahkan kucing (kucing piaraan harus kenyang agar tidak nyari tikus :).
Bila tikus carrier pembawa Leptopirosis kencing di sawah. maka membuat air sawah jadi tercemar. Sebagai ilustrasi, ada seorang petani yang bekerja di sawah. Kebetulan beberapa bagian tubuhnya terdapat luka lecet. Nah hal ini mempermudah masuknya si lepto di air sawah ke tubuh petani lewat kulit yang lecet. Bahkan bakteri ini bahkan bisa masuk lewat mukosa hidung, mata dan mulut.
Si Lepto tidak langsung membuatnya mengeluh sakit namun perlu waktu sampai timbulnya gejala penyakit yang disebut onset penyakit. Jadi, setelah bakteri masuk tubuh, sekitar 3-14 hari baru timbul keluhan. Misalnya, pada petani itu gejala panas tinggi dan gejala lain baru muncul pada hari ke-4 setelah luka lecet dikulitnya terkena air sawah yang tercemar..
Jadi kalau tidak ke sawah tidak mungkin kena ya?
Bukan cuma air sawah, air kolam renang pun bila terdapat air seni tikus carier juga bisa jadi media penularan (kan ada kaporit-nya?). Tanah, makanan, minuman yang terkontaminasi juga dapat menjadi media penularan. Jika sering kontak dengan air yang mungkin tercemar dan hewan-hewan maka risiko terinfeksi akan meningkat. Selain itu, digigit tikus pun bisa jadi sarana penularan. Jadi, memang ada profesi yang berisiko tinggi yaitu petani, perenang, orang-orang yang sering kontak dengan hewan. Hati- hati juga pada kegiatan tertentu yang sering bersentuhan dengan air, tanah, lumpur seperti berkebun, berkemah, rafting dsb.
Apakah penyakit ini bisa diobati?
Penyakit ini bila diobati dengan antibiotik secara dini pada hari ke 1-3 timbul gejala, hasil pengobatan sangat memuaskan. Kalau pengobatan baru dimulai hari ke 4-6 maka hasilnya kurang memuaskan dan bahkan pada hari 7 atau lebih pengobatan menjadi tidak bermanfaat. Kunci keberhasilan penatalaksanaan adalah seawal mungkin terdiagnosis dan diberi obat. Obatnya antibiotik seperti penisilin, amoksisilin, atau eritromisin.
Bagaimana membedakannya dengan penyakit lain?
Pada stadium awal, gejalanya memang mirip dengan penyakit lain. Yang pelu diperhatikan adalah riwayat sebagai berikut:
* Kontak dengan urin hewan yang terinfeksi. Bisa secara langsung atau tidak langsung, riwayat pekerjaan dan paparan terhadap air, kondisi iklim perlu dicatat
* Adanya faktor risiko lain. Misal di daerah tropis saat musim hujan, di daerah banjir
* Demam tinggi remiten. Terjadi penurunan suhu tiap harinya tetapi tidak pernah mencapai suhu normal, jadi panasnya turun naik, tetapi ketika turun belum mencapai suhu normal
* Nyeri kepala. Biasanya hebat dan timbul pada awal penyakit
* Nyeri otot. Nyeri otot eketremitas bawah terutama pada otot betis (patogmnomonis)
* Mata merah (conjunctival suffusion). Terjadi bilateral di kedua mata (patogmnomonis)
* Muscle tenderness (indonesianya apa ya?). Lokasi di otot betis dan mngkin otot paraspinal
Terutama yang cukup khas adalah kedua mata merah tanpa sekret berlebih (konjungtivitis bilateral), dan nyeri otot pada ektremitas bawah (terutama otot betis). Jadi pasien demam dengan adanya 2 gejala khas ini, perlu dipertimbangkan kemungkinan diagnosis/penelusuran Leptospirosis, dan memulai terapi antibiotik.
Bagaimana hasil pemeriksaan lab darah?
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai:
* Pemeriksaan darah rutin terdapat leukositosis, jumlah leukosit normal atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi.
* Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria
* Bilirubin dalam darah bisa meninggi kalau organ hati telah terlibat, dan peninggian transaminase.
* Dapat dijumpai peninggian BUN, ureum dan kreatinin darah akibat keterlibatan ginjal.
Pemeriksaan yang lebih spesifik adalah dengan (1) mendeteksi Leptospira secara langsung menggunakan mikroskop lapangan gelap atau mendeteksi bakteri Leptospira dengan membiakkan; (2) mendeteksi gen spesifik Leptospira menggunakan PCR; (3) mendeteksi antibodi terhadap Leptospira secara serologis menggunakan metode MAT, ELISA, RIA, IHA, dll
CMIIW!
Sumber lebih lanjut:
http://www.leptospirosis.org
www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/7140/DOH-7140-IND.pdf
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/913/diagnosis.html
Pedoman dasar pengobatan puskesmas 2007imadesetiawan.files.wordpress.com/.../med-litbang-vol-xviii-no-1-2008.pdf
yang kngka kematian 5 % itu kalau umurnya kurang dari 30thn tapi kalau pada usia lanjut angka kematiannya 30-40 % kalau ga salah .
BalasHapussumbernya dari IPD UI
oooh begitu. Makasih tambahan infonya. Berarti mortalitasnya sangat tinggi ya. Mgkn memang susah dideteksi saat awal ya, jadi sudah berkembang penyakitnya...
BalasHapus