Menelisik rasa cinta. Cinta terhadp teman, cinta terhadap orang tua, cinta terhadap ponakan beda dengan cinta terhadap (calon) istri. Cinta sejati sebenarnya tidak membutuhkan balasan. Karena dasarnya adalah memberi bukan menerima. Dengan memberi, rasa cinta tidak akan berkurang, tapi dengan menerima, rasa cinta bisa berlipat bertambah. Cinta terhadap (calon) istri, adalah cinta dua arah, dan awalnya haruslah dua arah. Rasa suka sebaiknya dari kedua belah pihak. Yang kemudian berkembang lebih tinggi menjadi cinta. Lalu bagaimana jika waktu tidak bisa menumbuhkannya? Apakah akan mematikan tunas-tunas cinta yang ada di luar sana. Cinta tidak bisa dipaksakan. Dan saya pun saat ini tidak sedang merasakannya. Apakah harus memberikan harapan kepada seseorang sehingga bayang-bayangnya mencegah dia mendapat cinta yang lebih baik? Ya mungkin kata-kata dalam kalimat saya yang terlalu berputar-putar. Itulah kelemahan saya. Ketidakinginan menyakiti hati malah kadang membuat masalah. Dan saya sedang berusaha memperbaikinya....
Bahasa isyarat dalam laku kadang tak tersampaikan pesannya. Bahasa isyarat yang saya pikir tidak menyakitkan malah masih juga multitafsir. Kala diri ini sudah berusaha mengendalikan dalam berinteraksi tak melibatkan emosi, berinteraksi seformal dan berkata membalas pesan seprofesional mungkin tapi ternyata tidak juga terbaca...
Mungkin memang harus belajar berkata dengan jelas, sehingga tak lagi menimbulkan masalah. Karena bahasa isyarat tak ada standarnya, mgkin diri ini terlalu susah dibaca....
“Hilangkanlah halangan di lidahku, sehingga mereka mengerti apa yang di hati dan pikiranku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar