"Kita tidak bisa melihat keindahan pribadi, dari keindahan rupa, tetapi kita bisa melihat keindahan hati, dari keindahan perilaku"
Kalimat indah itu kubaca di buku teman kosku, buku karya A. Mustofa Bisri, "Mencari Bening Mata Air". Terbaca di saat semua heboh dalam gegap gempita video tak layak para artis yang tentu saja, indah secara rupa ( sambil melupakan Century, melupakan lapindo. melupakan Palestine. Ahh betapa mudah teralihkan). Ya, kalimat itu mengingatkanku. Betapa masih juga terpengaruh pada rupa, dalam melihat dan menyikapi sesuatu.
Artis, adalah orang seni. Ia adalah orang yang bekerja dalam keindahan relatif bagi dirinya dan orang lain. Keindahan itu bisa dalam bentuk rupa dan karya. Rupa sebagai bentuk keindahan mereka sendiri, rupa dalam bentuk yang mereka ciptakan. Rupa saat mereka menjalankan profesi mereka, saat mereka berakting, menjadi MC, duta lingkungan, duta green earth dsb.
Perilaku adalah "rupa" sejati. "Rupa" yang lebih dari sekedar bentuk fisik."Rupa" ini adalah apa yang ada dalam hati mereka tampilkan sebagai manusia bebas sebelum menjalani profesi mereka. "Rupa" yang indah saat seorang artis menjaga kehormatan saat dalam perannya sebagai manusia "biasa'. Saat di dalam perannya menjadi teman, anak, orangtua, suami atau istri. "Rupa" dimana orang akan menilainya sebagai manusia yang utuh. Manusia dalam wujud manusia.
Artis yang indah hatinya tidak akan menerima tawaran menjadi bintang video tak layak, tidak akan menerima tawaran untuk berbuat tidak layak, bahkan tak pernah merasa layak untuk mengajak orang lain berbuat tak layak. Sungguh. Benar-benar tak layak...
Artis yang indah hatinya tidak akan menganiaya orang lain, menganiaya keluarganya, mengganggu rumah tangga orang lain, berakrab-akrab tanpa batas dengan orang yang bukan keluarganya, memakai menyimpan barang terlarang, dan bahkan membuka sesuatu yang tak layak diceritakan atau ditampilkan...
Lalu, apakah alasan "khilaf" menjadi tidak berlaku lagi? Ya, manusia adalah tempat salah dan lupa. Sebaik-baiknya orang yang berbuat salah atau dosa adalah segera bertaubat dan tidak mengulanginya. Dan manusia adalah tempat aib dan kesalahan. Bersyukurlah kita, bahwa aib-aib kita telah tertutupi oleh tirai, maka jangan dibuka sendiri atau bahkan membuka aib orang lain. Jangan lupakan usaha untuk memperbaikinya...
Lalu, apakah mereka harus kita benci? Mereka manusia, kita manusia. Manusia dengan banyak kesalahan dan lupa. Bencilah perilaku mereka, bukan orangnya. Karena mereka punya hak untuk kembali dari khilaf, menata kembali hidup, punya hak untuk dimaafkan dan diberi kesempatan untuk berubah. Dengan membenci perilakunya dan bukan orangnya, doa masih bisa keluar dari hati kita agar mereka memperbaiki diri. Siapa tahu ini adalah peringatan untuk mereka, agar berubah dan tidak tenggelam tanpa sadar hampir mencapai ke dasar...
Bagaimana jika mereka tidak mengaku, maka berlipatlah kesalahan mereka? Ohh... sudahlah. Bertanyalah pada hati dan berterimakasihlah pada rasa malu. Mengapa hati ini butuh pengakuan mereka bila sudah tahu itu perilaku yang tidak layak ditiru? Apakah dengan pengakuan segala sesuatunya lebih baik dan bermanfaat? Atau hanya memuaskan ego orang yang memaksa mereka untuk mengaku? Berterimakasihlah pada rasa malu. Karena dengan malu itu berati masih sadar berbuat tidak benar. Karena dengan rasa malu itu masih ada harapan untuk berubah. Bencilah perilakunya dan bukan orangnya. Dan semoga pengakuan, jika benar dan bila terjadi pun, adalah pada dan di tempat yang tepat dan bermanfaat.
Nafsu seperti binatang liar, yang perlu tali kekang dan pelatih yang penyayang. Yang perlu diberi arah dan tujuan agar energi yang besar itu bermanfaat.
Dan bagi yang punya kekuasaan, berbuatlah dengan tanganmu, bila tidak bisa dengan ucapanmu dan bila tak mampu pula berbuatlah dengan hatimu... agar satu perilaku ini tidak menjadi seribu...
Dan bagi yang punya kekuasaan, berbuatlah dengan tanganmu, bila tidak bisa dengan ucapanmu dan bila tak mampu pula berbuatlah dengan hatimu... agar satu perilaku ini tidak menjadi seribu...
"Seringkali berkata lebih mudah dari menjalani, tapi tak ada salahnya mengajak hati, agar menjadi indah dalam perilaku..."
CMIIW...
sumber: searching di google... :)